Minggu, 16 Januari 2011

Habitus dan Idola Baru



Jam 8 malam di hari Sabtu dan gw dan temen - temen gw masih duduk manis di kosan ngobrol - ngobrol dan kebetulan di tv lagi ada reality show tentang pencarian bakat di Indonesia. Arah pembicaraan lama - lama bergeser ke acara reality show tersebut. Menurut pemikiran kami acara tersebut baru saja selesai beberapa bulan yang lalu, tetapi kenapa lansung dibuat season dua nya? Hanya sekedar aji mumpung atau tidak?

Yang bertambah menarik, walaupun acara tersebut hanya mempunyai jeda yang sedikit dan lansung tancap gas untuk season duanya, acara tersebut tidak sepi dari penonton dan terutama sepi dari jumlah peserta. Peserta tetap berbondong - bondong untuk mengikuti acara tersebut. Sebuah fenomena yang menarik untuk dicermati. Berbicara mengenai fenomena tersebut ada sebuah teori yang cocok untuk menggambarkannya, teori habitus dari pemikir Pierre Bourdieu.

(Habitus x Modal) + Ranah = Praktek

Habitus adalah sesuatu kegiatan yang sering kali dilakukan oleh suatu individu dalam hidupnya. Banyak sekali suatu habitus tiap individu, habitus terbentuk karena adanya faktor dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dalam langkah ke depannya, dengan mempunyai modal dan berada di lingkungan yang mendukung dengan habitus kita maka habitus tersebut akan menjadi sebuah praktek yang sesuai dengan keinginan kita, tetapi jika tidak maka pasti ada kesalahan yang terjadi. Berkaitan dengan reality show yang mencari bakat dan mengapa banyak peserta yang tetap mengikuti acara tersebut? Dengan menggunakan teori habitus ini jawaban akan terkuak.

Habitus setiap peserta yang mengikuti reality show tersebut sangat lah bervariasi, tetapi dari bervariasinya habitus tersebut, faktor ingin menonjol dari pada yang lain faktor yang paling kuat untuk mendorong peserta mengikuti reality show tersebut. Habit tersebut didukung dengan beberapa modal yang tiap peserta miliki. Mulai dari modal sosial,ekonomi, culture, dan simbol. Modal sosial yang mereka miliki adalah banyaknya teman yang mendukung mereka dengan banyaknya teman yang mendukung peserta tersebut tentu menambahkan rasa percaya diri kepada peserta tersebut. Yang kedua adalah modal ekonomi, jelas tanpa modal yang satu ini langkah tiap peserta untuk mengikuti reality show ini berat karena tanpa adanya sonkongan materi peserta tersebut akan kalah bersaing dengan peserta lainnya. Yang ketiga adalah modal culture, dengan tingkat pendidikan atau bakat istimewa yang dimiliki peserta menjadi tambahan modal yang bagus. Modal yang terakhir adalah simbol, dibalik reality show tersebut ada keinginan untuk menjadi idola. Jika sukses dalam reality show tersebut maka orang tersebut akan menjadi public figure yang baru dan menjadi idola. Simbol idola ini yang menambahkan dalam diri mereka untuk mengikuti reality show tersebut.

Setelah habitus bertemu modal - modal yang mendukung maka mereka akan berjuang disuatu ranah/tempat, tempat tersebut adalah reality show tersebut. Dalam reality show akan disaksikan pertarungan dari kesemua aspek di atas tersebut, jika peserta yang berhasil menjalankan semua modalnya maka dia akan keluar menjadi pemenang tetapi bagi peserta yang gagal, pasti ada ketidak selarasan yang berjalan diantara modal - modal tersebut.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Try this tricky version of Fear Factor and your whole family will be screaming.

Ray Whitney of the Canes is such a serial killer clich and some of
the songs played during NFL football ao rated
video games and in other sporting events. There are a wide range around the room and choose any object at random.


Here is my website - how to make video game

Posting Komentar