Selasa, 11 Mei 2010

Politik Lokal di Indonesia pada Masa Transisi

Dalam suatu masa pemerintahan di Negara ipasti akan terjadi suatu masa dimana periode rekonsolidasi antara kekuatan politik yang menghendaki perubahan yang disebut masa transisi. Rekonsolidasi dilakukan dalam level elite sekaligus upaya pelibatan basis massa rakyat sebagai pemegang legitimasi Negara. Masa transisi merupakan suatu periode yang penting dalam sebuah perkembangan politik, sehingga dalam masa transisi membutuhkan sebuah konsistensi, energi ekstra dan konsolidasi dari kelompok progresif. Sebab, rekonsolidasi tidak hanya sekadar menyatukan potensi kekuatan kelompok progresif, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengantisipasi kekuatan status quo (konservatif). Bahkan, mengawal sebuah perubahan jauh lebih penting dari memulai perubahan. Indonesia setidaknya telah mencatat dua era transisi yang penting, yakni era peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan Orde Baru ke Reformasi.

Dalam masa transisi, tugas berat akan dipikul oleh pemimpin yang akan memimpin rezim ke depannya. Tingginya harapan dari masyarakat yang menuntut adanya perubahan dari rezim sebelumnya sehingga menambah berat beban yang harus ditanggung oleh sang pemimpin. Bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkan harapan tinggi masyarakat, dibutuhkan karakteristik individual yang kuat, tahan banting, dan dapat dipercaya dalam menghadapi persoalan ini. Dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan bagi sang pemimpin dalam memimpin dalam masa transisi. Dari dua pemimpin yang memimpin pada masa transisi hanya satu yang berhasil memimpin dan melanjutkannya hingga ke depan dan yang satu lagi hanya berhasil menciptakan atau mencetuskan gagasan yang fungsional bagi Negara hingga sekarang walaupun pemimpin pada masa tersebut hanya mendapatkan waktu yang sedikit.

Peralihan dari rezim Orde lama ke Orde Baru dimulai dari jatuhnya Soekarno dan diangkatnya Soeharto menjadi Presiden. Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Dalam masa transisi dari orde lama ke orde baru Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. Langkah yang diambil Soeharto dalam masa transisi bisa dibilang sukses dalam menenangkan situasi yang panas pada saat itu. Pada saat itu Bangsa Indonesia dalam keadaan yang rapuh dan pincang.

Akan tetapi di langkah – langkah Presiden Soeharto pada saat itu cenderung ke arah kekerasan yang seharusnya dihindari. Oleh karena itu catatan dunia politik pada era kepemimpinan Soeharto dapat menjadi bahan pembelajaran bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu dunia politik yang berbudaya tidak harus menggunakan kekerasan dan mengabaikan harkat manusia. Apalagi Indonesia terkenal sebagai Negara yang berbudaya dengan sebagaian besar penduduknya menganut suatu agama dan dengan sarat mengenai kemanusiaan. Berpuluh – puluh tahun Soeharto menjadi orang nomor satu di Indonesia, tetapi pada tahun 1998 beliau harus merelakan melepas tahta tersebut dikarenakan desakan dari hampir seluruh masyarakat di Indonesia, kerusuhan yang terjadi dimana – mana, dan akibat dari gerakan reformasi nasional yang diprakarsai oleh mahasiswa pada tahun 1998, Maka untuk kedua kalinya Indonesia kembali mengalami masa transisi yaitu peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Tahta orang nomor satu di Indonesia ditempati oleh B.J. Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden. Masa pemerintahan B.J. Habibie adalah masa transisi dan merupakan masa-masa yang sulit.

Para mahasiswa dan penggerak reformasi, yang berhasil menjadikan Soeharto mundur dari jabatan Presiden, agak tertegun karena gerakan reformasi yang telah mereka rencanakan dan laksanakan akan melahirkan Habibie sebagai presiden. Pasca era kepemimpinan Soeharto sebenarnya para mahasiswa dan penggerak reformasi menginginkan figur pemimpin yang bersih dari era Orde Baru, tetapi kenyataannya tampilnya Habibie sebagai presiden yang merupakan tokoh penting Orde Baru yang menjadi presiden pertama di Era Reformasi. Faktor ini mungkin yang membuat Habibie tidak bertahan lama menjadi presiden. Pada masa transisi ini banyak pihak yang mengharapkan tindakan tegas dari Habibie untuk memberantas korupsi di Indonesia namun gerak – gerik Habibie sendiri ragu – ragu dalam memberanatas korupsi apalagi kalau menuntut Soeharto mengenai tindakan korupsi yang telah beliau lakukan selama memimpin Indonesia. Bahkan pada era ini banyak yang mengatakan kalau korupsi yang terjadi itu lebih merata pada semua lapisan dan golongan, tetapi Habibie dalam tugasnya menjadi Presiden pada masa yang sulit menjalankan beberapa tugas pentingnya, yaitu kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Indonesia melewatkan dua masa transisi yang sulit dan telah dilalui. Masa – masa dimana banyak muncul kekuatan baru dan tumbangnya kekuatan lama, dimana para kekuatan –kekuatan baru muncul untuk mengganti peran kekuatan lama. Sungguh masa yang sangat menarik untuk diamati dan dipelajari karena banyaknya fenomena –fenomena yang terjadi pada masa ini. Sangat ironis bagi kita jika tidak belajar dari kekuatan lama dan terjebak di lubang yang sama. Hal itu yang sampai sekarang ini terus terjadi pada bangsa ini sehingga bangsa ini terus berada di jalan yang sama. Dan juga banyak pihak yang mengambil keuntungan dari berbagai macam kejadian – kejadian yang memilukan merupakan penyebab mengapa bangsa ini tidak mengalami kemajuan. Banyak hal yang harus dipelajari dari dua masa transisi tersebut agar menjadi suatu pembelajaran untuk ke depannya dan membuat tatanan pemerintah yang lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar